Thursday 18 August 2016

Melayani, bukan Pelayan. Membantu, bukan Pembantu.

Kalian pasti pernah datang ke sebuah bioskop untuk menonton film yang kalian suka atau hanya sekedar mengisi waktu luang mencari hiburan. Datang kesana membeli tiket atau snack dan minuman untuk menemani kalian saat menonton film. Tentu akan ada karyawan/karyawati bioskop yang membantu dan melayani kalian selagi kalian di bioskop tersebut.

Sudah satu bulan terakhir aku bekerja part time di salah satu bioskop di Jakarta. Aku ditempatkan di bagian tiket dan snack. Tugasku membantu dan melayani customer bioskop tersebut dalam pemilihan film, tempat duduk, sampai menyiapkan snack yang mereka beli. Selama satu bulan pula aku menemui berbagai macam customer. Yah benar-benar berbagai macam, ada yang memperlakukanku dengan baik sampai dengan kurang baik.

Sebelum aku lanjutkan tulisanku, perlu kuingatkan kalian kalau aku menulis ini bukan untuk menjelekkan pihak tertentu. Aku hanya ingin berbagi cerita lewat sudut pandangku.

Kejadian ini baru saja ku alami. Kemarin, saat libur hari nasional 17 Agustus aku tetap masuk kerja walaupun di kalender tertera jelas angka berwarna merah. Untuk tempat kerjaku, justru tanggal merah adalah saat dimana jumlah customer yang datang melonjak. Selama satu bulan kerja, baru kali ini aku merasakan bekerja pada hari libur nasional. Benar saja, jumlah customer yang datang sangat banyak, antrean panjang pun tak dapat dihindari.

Bagi aku dan teman tempat ku bekerja, antrean panjang seperti ini tidak boleh dibiarkan. Kami pun bekerja lebih ekstra dan dalam proses transaksi kami tak boleh terlalu lama, jangan sampai customer mengantre terlalu lama. Ku beri tahu pada kalian, ada beberapa customer yang bisa berlaku kurang baik pada ku setelah merasa mengantre terlalu lama.

Biasanya aku bertugas melayani penjualan tiket dan snack namun pada hari itu aku hanya bertugas melayani penjualan tiket. Aku pun beberapa kali mengingatkan dengan suara yang cukup keras ke customer bahwa pos tempatku bertugas hanya menjual tiket, ini ku lakukan untuk menghindari customer yang salah antre. Tak tega juga bila mendapati customer yang ingin membeli snack sudah mengantre dan menunggu di posku.

Ku bantu satu persatu customer dalam pembelian tiket. Sampailah pada customer1 yang ingin membeli snack mengantre di posku. Tak tega aku menyarankan customer1 tersebut untuk mengantri ulang di pos lain dan karena aku masih terbilang baru dan tak berani mengambil keputusan, aku pun mencari jalan keluar dan bertanya kepada senior tempatku bekerja yang bertugas di pos tepat sebelahku. Seniorku diam sejenak dan bertanya pada customer2 yang ada di depannya, apakah customer2 tersebut ingin membeli tiket atau snack atau bahkan keduanya. Ternyata customer2 hanya ingin membeli tiket, seniorku pun menyarankan agar customer1 dan customer2 betukar posisi antre. Saat customer1 berpindah untuk bertukar antrean, customer3 yang berada tepat di belakang customer1 langsung maju ke posku. Aku pun meminta dengan baik-baik agar customer3 menunggu sebentar, karna aku akan terlebih dahulu membantu proses pembelian tiket customer2. Customer3 memasang muka marah dan mengumpat ke arahku, lalu ia keluar dari antrean. Sesaat kemudian aku melihat ia memegang ponselnya dan memotretku. Aku yang masih shock atas perlakuan dan umpatan yang dilayangkannya tersebut pun sempat diam sejenak. Aku hanya tak mengerti untuk apa customer3 melakukan itu.

Suara seniorku menyadarkanku lalu mengingatkan dan menenangkanku agar kembali fokus bekerja karena bagi pekerja seperti kami hal tersebut sudah lumrah. Kami harus memaklumi kalau-kalau kami menemukan kembali customer yang memperlakukan kami seperti itu. “Mereka hanya sedang emosi saja”, begitu kata seniorku.

Malam setelah bekerja, aku menceritakan hal yang ku alami tadi kepada teman-teman tempat kerjaku yang lainnya. Tak disangka, mereka pun juga sudah pernah mengalami hal serupa. Dapat dikatakan sudah sering mereka alami, bahkan temanku bukan lagi hanya dipotret namun direkam oleh customer. Banyak cerita yang ku dengar dari teman-teman yang lainnya. Ternyata kejadian yang ku alami tak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang sudah mereka alami. Salah satu teman ku pernah sampai menangis karena diteriaki customer di depan umum, “Kamu ini sok pintar, tapi sebenarnya kamu ini tidak pintar!”. Temanku yang lainnya bahkan dibilang ‘tidak sekolah’ oleh customer.

Aku setelah mendengar cerita-cerita tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala. Aku tak mengerti, apa yang kami lakukan sehingga kami mendapatkan perlakun seperti itu? Setahu ku, kami selalu memberikan pelayanan kami yang terbaik. Tak peduli latar belakang, penampilan atau uang yang customer bawa. Mengapa seakan pekerja seperti kami adalah orang-orang rendah yang bodoh dan pendidikannya tidak cukup tinggi. Yang membuatku makin geleng-geleng kepala adalah kami tak bisa berbuat apa-apa, kami tak bisa melawan balik, kami hanya bisa diam, menelan kekesalan diperlakukan tidak baik, dan lalu kembali bekerja. Memasang wajah kami yang paling ramah.

Mungkin kalian pernah melihat seorang customer yang complain dengan nada dan suara tinggi ke seorang pelayan, namun sepertinya hal tersebut akan dianggap biasa. Berbeda apabila seorang pelayan melawan balik customer yang berbuat tidak menyenangkan, kemungkinan pelayan itu akan dikeluarkan dari pekerjannya atau bahkan hancur juga karirnya.

Mana rasa empati dan simpati yang dimiliki masing-masing pribadi? Tidak bisakah kita saling mengerti? Jangan mengikuti ego, kalau memang salah tolong ingatkan aku. Dan salah satu yang dapat ku ingatkan kepad kalian, ‘Melayani bukan berarti Pelayan. Membantu bukan berarti Pembantu’.


Saturday 15 March 2014

Ibu Berkaus Hijau itu...

Sekedar bertujuan untuk berbagi aja. Karna aku rasa posting ini akan berguna buat ku nantinya.

Bermula dari suatu sore beberapa hari yang lalu. Dengan bertujuan menuju SMP ku dulu karena suatu urusan, aku pergi kesana naik motor. Dengan motor biasa yang ku bawa beserta jalan yang sama ku lewatin menuju sana.

Tapi di tengah jalan ada seorang Ibu dengan memakai kaos hijau dengan celana 3/4 berwarna putih gading ia melambaikan tangan ke arah ku secara tiba-tiba. Secara spontan juga ku tarik rem tangan ku dan mundur sedikit karna aku agak melewati Ibu itu. Awalnya ku pikir mungkin aja Ibu tersebut butuh pertolongan seperti sekedar bertanya jalan. Dan ternyata pertolongan yang diminta Ibu itu bukan seperti apa yang ku pikirin sebelumnya. Karna Ibu itu bilang begini, "De, bisa numpang sampe simpang macan?".

Yap, simpang macan adalah daerah yang emang tidak terlalu jauh dari SMP lama ku, tapi simpang macan itu harus melewati SMP ku dulu. Yang ku pikir, 'Aduh, searah sih tapi males banget harus ngelewatin tempat tujuan terus balik lagi'. Sempat diam dan berpikir agak lama untuk menjawab permintaan tolong Ibu itu. Tapi entah bagaimana sedetik kemudian aku malah meng-iya-kan permintaan Ibu itu. Lagi pula apa salahnya sih ya bantu orang sekali-kali.

Setelah naik ke motor terjadi percakapan antara aku dan Ibu itu. Mungkin lebih tepatnya Ibu itu curhat ya.

Ia bercerita alasan kenapa ia meminta ku memberinya tumpangan. Jadi Ibu itu kerja menjaga toko di Tanah Abang. Ia punya 3 anak yang salah satunya masih kecil. Karna angkot yang menuju rumahnya itu ngetemnya terkenal akan kelamaannya dan juga anaknya yang menunggu dirumah berhubung sudah sore juga. 

Setelah Ibu itu memberi tahu alasannya meminta tumpangan, sesaat diam dan tak ada obrolan diantara kita. Nahhh saat keheningan itu aku berpikir, 'apa ibu ini adalah kiriman dari acara reality show yang nantinya setelah aku memberinya tumpangan, aku aka dapat uang'. Hahahaha (tapi sumpah ku berharap sekali yang ini benar). Atau buruknya Ia itu sindikat penjahat kejahatan di Jakarta. Okay, ku tau khayalan ku memang aneh-aneh. Tapikan kita juga harus berhati-hati, apalagi dijakarta kan?

Entah kenapa saat itu pemikiran ku lebih condong berpikir kalo Ibu itu adalah sindikat penjahat. Dan lalu ku berpikir, aku akan pura-pura mendapat telpon dari entah siapa yang mengharuskan ku untuk cepat-cepat ke SMP. Lalu aku izin ke Ibu itu untuk turun di tengah jalan, lalu melanjutkan jalan ku yang semestinya. Tapi aku tak sungguhan ngelakuin itu, aku ga sejahat itu. Jadi aku melanjutkan perjalanan dan berpikir positif saja, kalau Ibu itu memang membutuhkan pertolongan

Lalu Ibu itu bertanya, kira-kira begini percakapannya :
Ibu  :  De, udah nikah?
Aku:  Wogh, belum bu, baru SMK.
Ibu  :  Ohh bagus de. Nanti kalo nikah cari suami jangan liat dari cinta doag ya de.

Disini aku kaget banget, kenapa Ibu ini tiba-tiba ngomong gini yah? Dan aku cuma bisa jawab, "Oh iya, Bu". Dengan disertai senyuman maksa karna bingung.

Berhubung akan sampai simpang macan aku pun bertanya ke Ibu itu.
Aku:  Ibu, mau turun dimananya simpang macan?
Ibu  :  Ibu boleh minta anterin sampe citra 3 gak, Neng? Sebenernya rumah Ibu di daerah sana.

Nah loh disini aku tambah curiga sebenarnya, karna dari simpang macan ke citra 3 itu jauh. Dan aku juga belum mengenal betul daereh citra 3. Tapi mengingat cerita Ibu itu sebelumnya kalau anaknya sedang menunggu dia dirumah. Aku pun membuang pikiran negatif ku dan memutuskan untuk mengantar Ibu tersebut sampai rumah.

Lalu percakapan pun kembali disambung
Aku:  Iya, Bu, boleh. Tapi nanti tunjukin jalannya aja ya Bu. Soalnya saya kurang tau daerah citra 3
Ibu  :  Oh ade gatau daerah citra 3? Ga apa-apa nihh?
Gue:  Iya bu. Sekalian biar tau juga daerah citra 3.
Ibu  :  Makasih ya de udah mau nganter Ibu.
Gue:  Iya, Bu.

Dan Ibu itu mulai lagi cerita.
Ibu  :  De, ibu itu kerja di Tanah Abang jaga toko gaji sedikit. Tapi mau gimana lagi, punya suami gabisa diandelin. Makanya nanti kalo mau nikah, pilih-pilih calon suami jangan liat cuma pake cinta nanti nyesel kayak ibu gini. 

Aku cuma bisa jawab "Iya, Bu." dengan nada anak yg nurut lagi dinasehatin orang tua.
Ibu  :  Ibu ini kan udah tua, jadi udah ga punya Ibu juga. Kalo mau cerita atau minta nasehat mau kemana lagi? Masa mau cerita ke anak? Kan ga mungkin Ibu cerita ke anak. Anak kan punya masalah sendiri, masa Ibu mau nambah beban anak sendiri.

Dan wow, Ibu ini berhasil mengambil perhatian ku. Aku pun sembari membawa motor juga mendengarkan curhatan Ibu itu. Karna aku pikir Ibu ini memang beneran butuh tempat/orang buat mengeluarkan keluh kesahnya sebagai seorang Ibu.

Ibu  :  Terus ya de, rajin nabung buat hari tua ya, kita kan ga tau apa yang bakalan kita derita pas udah tua nanti. Kalaupun gada penyakit uangnya buat kita senang-senang dihari tua. Biar ga kayak ibu nih. Tuapun hidup susah.

Itulah curhatan Ibu itu. Tapi sebenernya belum semua. Tapi itu inti dari apa yang Ibu itu ceritain. 

Aku pun sampai di tempat yang diarahkan Ibu itu. Aku tidak mengantar Ibu itu sampai rumahnya. Hanya sampai gang rumahnya saja. Karna Ibu itu juga takut aku  tak tahu jalan pulang dan nyasar. Ibu itupun berterima kasih
Ibu  :  Makasih ya de. Maaf ya jadi nganterin jauh gini. Pulang hati-hati ya de, inget jalannya kan? nanti nyasar ga?
Gue:  Iya ibu, semoga aja ga nyasar bu.

Ibu itu pun pergi. Aku pun balik jalan ke SMP, tujuan awal ku. Sempat nyasar, tapi yah namanya juga belajar dan pertama kali ke daerah sana. Kita ga bakalan belajar melakukan sesuatu yang benar kalo tak melakukan kesalahan kan?

Tapi jujur, dalam perjalanan ku pulang, aku tetap berharap ada yang memberhentikan ku lagi dan bilang "KARNA ANDA TELAH MENOLONG IBU TADI, ANDA MENDAPAT UANG 1JUTA !!" sambil ngasih segepok uang ke tangan ku hahahaha.

Tapi diluar itu, ibu itu ngasih sesuatu ke aku yang lebih dari segepok uang 1juta. Itu nasehat dia. Dan pelajaran dia dan cerita dia yang ku anggap sebagai seorang Ibu. Terutama saat Ia bilang, " Kalo mau cerita atau minta nasehat mau kemana lagi? Masa mau cerita ke anak? Kan ga mungkin ibu cerita ke anak. Anak kan punya masalah sendiri, masa ibu mau nambah beban anak sendiri". Kata-kata ibunya yang satu ini sangat jelas di ingatan ku. Yang ku pikir, INILAH SEORANG IBU.

Ibu itu mengingatkan ku kalau kita adalah seorang anak yang membutuhkan Ibu kita. Namun di sisi lain walaupun nantinya kita akan menjadi seorang Ibu, kita pun akan tetap membutuhkan seorang Ibu. Jangan menyia-nyiakan Ibu-mu. Mungkin kata-kata ku sangan klise. Kau akan merasa ini sangat klise karna kau tak merasakannya. Seperti yang tadi ku bilang, walaupun kita akan menjadi seorang Ibu, kita tetap membutuhkan Ibu kita. Jangan sampai kau menjadi Ibu tanpa Ibu. Sedih sekali rasanya.

Soal menabung dari muda, bener juga kan. Kita ga akan tahu apa yang akan terjadi sama kita. Jangan juga saat tua menyusahkan orang lain, karna kita juga yang akan susah.

Akhir kata dari posting ini aku mau berterima kasih sama Ibu berkaos hijau. Terima kasih sudah memberi pelajaran dan nasihat berharga untuk ku. Ibu yang di mata ku memiliki kasih yang sangat besar untuk anaknya. Ibu yang bahkan ku tak tahu namanya.


TERIMA KASIH YA BU J

Tuesday 12 November 2013

Naskah Sinetron (adaptasi novel anak karya Roald Dahl)


       NASKAH SINETRON
Adaptasi Novel Anak Karya Roald Dahl: The Giraffe ant the Pelly and Me
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

IDE     IDE POKOK             :    Impian akan diraih siapapun bagi yang berusaha meraihnya.


    II.            IDE PENUNJANG  :    Petualangan mencapai mimpi.


 III.            JUDUL                      :    “ Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga”


 IV.             AUDIEN                    :   Semua Lapisan Masyarakat

    V.            DURASI                    :    30 Menit


 VI.            TUJUAN                   :
Memberikan hiburan bagi seluruh lapisan masyarakat yang dapat menikmati sinema elektronik ini.


VII.            IDENTITAS PROGRAM   :
A.    Pelaku
1)      Tirman        :    Anak laki-laki berumur 12 tahun. Ia memiliki tubuh yang
lebih kecil dibandingkan anak-anak seumurnya. Rambutnya botak dan ia memiliki wajah yang ramah.
2)      Peli               :    Remaja berumur 17 tahun. Ia memiliki tubuh yang
                          lumayan besar. Dan ia di panggil Peli karna memiliki
                          mulut seperti paruh burung pelikan yang dapat
                          menampung apa saja.
3)      Jeje               :    Kakak dari Peli berumur 22 tahun. Ia memiliki tubuh
yang amat tinggi mencapai 298cm. Itulah sebabnya ia dipanggil Jeje singkatan dari Jerapah.
4)      Momon        :    Kakak tertua dari Peli dan Jeje. Ia berumur 25 tahun dan
memiliki tubuh yang sangat kurus bagaikan kumpulan kawat yang terlilit kulit. Walaupun begitu iya sangat lincah seperti monyet, itulah kenapa ia dipanggil Momon
5)      H. Marta      :    Tuan tanah di daerah Gang Madrasah berusia 67 tahun,
         memiliki rumah yang sangat besar.
6)      Hj. Jaenab   :    Isteri dari H. Marta, berusia 60 tahun.
7)      Mat Olek     :    Pencuri kelas kakap.

B.     Musik
1)      Musik Pembuka (Musik riang)
2)      Musik Penyeling (Musik riang)
3)      Musik Penutup (Musik riang)



VIII.            SINOPSIS
Sinetron ini menceritakan tentang Tirman, seorang anak laki-laki yang selalu bermimpi memiliki toko permen. Impian ini muncul dikarenakan ada bangunan tua untuk toko permen didekat rumah Tirman yang sudah lama ditinggalkan bernama GulaGula. Suatu hari, ia melihat bahwa bangunan tua itu telah direnovasi dan telah dijadikan kantor pusat untuk Perusahaan Pembersih Jendela. Dan kemudian Tirman bertemu dengan para pekerjanya, Jeje dengan tubuhnya yang tinggi, Peli yang memiliki mulut seperti burung pelikan dan Momon yang lincah. Setelah pertemuan pertama pun mereka menjadi teman dan Tirman ikut serta dalam pekerjaan membersihkan jendela. Suatu hari mereka mendapatkan surat dari H.Marta yang meminta mereka untuk membersihkan jendela rumahnya.
Sampailah mereka di rumah H.Marta, semuanya berjalan lancar sampai Jeje dan Momon yang sedang membersihkan jendela kamar tidur Hj.Jaenab –yang tak lain adalah isteri H.Marta, melihat seorang pencuri yang sedang mencoba mencuri perhiasan serta berlian Hj.Jaenab. Peli pun lari masuk ke kamar Hj.Jaenab dan menangkap pencurinya, semua orang pun panik. Tak disangka pencuri tersebut membawa senjata tajam dan terus mencoba menusuk dan terkena mulut Peli. Akhirnya, polisi tiba untuk menangkap pencuri tersebut. Polisi pun mengenali pencuri tersebut sebagai “Mat Olek”, salah satu pencuri kelas kakap.
Sebagai tanda terima kasih atas pertolongan serta pengorbanan Peli terhadap Hj.Jaenab, H.Marta mengundang Tim Pembersih Jendela untuk tinggal bersama di tanah miliknya sebagai pembantu pribadinya untuk membersihkan jendela rumahnya. Mimpi Tirman pun menjadi kenyataan. Karena Jeje, Peli serta Momon sudah tidak memerlukan gedung GulaGula. Dengan sedikit bantuan dari H.Marta, GulaGula dibuka kembali sebagai toko Permen yang paling diminati di Gang Madrasah. Cerita berakhir dengan Tirman menjalankan toko permennya serta Jeje, Peli dan Momon tetap menjalankan usaha Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga.

 IX.            NASKAH

a.       Di jalan menuju rumah Tirman melewati bangunan GulaGula – Siang – H1
Cerita dimulai dengan seorang anak kecil (Tirman) berjalan santai di trotoar menuju ke rumahnya. Berjalan santai sampai akhirnya melewati bangunan tua dan berhenti sejenak. Terlihat bangunan tua kosong berdiri kokoh di sisi jalan. Terlihat papan nama samar-samar terbaca GulaGula dan dibagian jendela bangunan tua tersebut dengan cat putih bertuliskan DIJUAL.

Di depan pintu bangunan tua – Siang – H1
Tirman mencoba membuka pintu bangunan tua yang terkunci. Lalu mengintip melalui celah jendela. Yang terlihat hanya kegelapan dan debu.

01.  Tirman
Aaaahhh, aku selalu ingin menjelajahi bangunan tua ini. Ibu pernah bercerita kalau bangunan ini dulunya adalah toko permen bernama GulaGula. Pasti dulunya ini toko permen yang sangat mengasyika. Surga bagi para anak kecil.




b.      Di jalan menuju rumah Tirman melewati bangunan GulaGula – Siang – H2
Menengok ke arah bangunan GulaGula. Di jendela bangunan GulaGula terlihat tulisan TERJUAL, seseorang telah mengganti tulisan tersebut. Tirman berdiri di sana memandang tulisan.

02.  Tirman
Andai saja aku yang membeli bangunan ini, dengan begitu aku akan merubagnya menjadi toko permen GulaGula yang menyenangkan seperti dulu. Aku selalu bermimpi memiliki toko permen dan akan penuh dengan bermacam permen dari seluruh Indonesia. Aku mau melakukan apa saja agar toko GulaGula ini jadi punyaku.

c.       Di bangunan GulaGula – Sore – H3
Tirman memandang ke arah bangunan GulaGula. Tirman melihat barang-barang terlempar dari jendela lantai dua ke halaman toko GulaGula. Ada seseorang yang sedang membuang barang tua tak terpakai dari bangunan tersebut. Tirman mendekati bangunan tersebut dan berdiri tepat di bawah jendela.

03.  Tirman
Ada orang di dalam?

Tak ada yang menjawab. Hening dalam waktu yang lama. Tirman menggaruk kepalanya yang botak seperti sedang berpikir.

04.  Tirman
Sebentar lagi menjelang malam, sebaiknya aku pulang saja. Tapi aku akan kembali lagi besok.

d.      Di bangunan GulaGula – Pagi – H4
Tirman takjub karena ia melihat bangunan GulaGula memiliki pintu baru berwarna merah yang sangat tinggi dan terlihat aneh sekali.

05.  Tirman
Siapa yang akan memerlukan pintu setinggi itu? Apakah seorang raksasa yang tinggal disana?

Dan terlihat tulisan di jendela yang dulunya tertulis TERJUAL kini berganti “Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga. Tirman memandang sekeliling dan takjub seketika melihat kepala seorang laki-laki muncul dari jendela gedung paling atas yang terbuka. Kepala tersebut balik memandang Tirman yang masih takjubtak bergerak. Tiba-tiba, jendela lain terbuka dan disana terlihat anak remaja dengan badan yang lumayan besar dan memiliki mulut seperti paruh burung pelikan.

06.  Peli
Aku lapar sekaliiiiii. Ohh, jauhkah pasar dari sini? Aku ingin makan ikan!
07.  Tirman
Pasar jauh dari sini! Tapi ada Tukang Ikan keliling.


08.  Peli
Apa ikan? Tukang ikan? Apa itu? Aku pernah dengar dendeng ikan, baso ikan dan kerupuk ikan. Tapi aku tak pernah dengar Tukang Ikan. Apakah rasanya enak?
Tirman pun menggaruk kepalanya karena keheranan atas pertanyaan remaja gemuk tersebut dan memilih mengalihkan pembicaraan.
09.  Tirman
Siapa temanmu yang berada di jendela sebelahmu?
10.  Peli
Ia kakakku Jeje! Ia menakjubkan, bukan? Kakinya berada di lantai bawah tetapi kepalanya terlihat di jendela lantai teratas.
Belum cukup Tirman merasa takjub, jendela lantai satu terbuka lebar dan muncullah laki-laki lain dari dalamnya. Laki-laki tersebut melompat-lombat serta menari dengan gerakan yang amat lincah. Tirman dengan lincahnya pun ikut menari-nari.
11.  Momon
Apakah kamu bertanya-tanya siapa kami? Kami adalah Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga atau TPJTT. Kami tak perlu ember, tangga ataupun mesin pembersih jendela. Karena kami memiliki mulut Peli yang seperti paruh burung pelikan yang memuat apa saja, tubuh Jeje yang sangat tinggi seperti tangga dan aku yang memiliki tangan yang sangat lincah bagai mesin pembersih jendela.
            Tirman masih terdiam di tempatnya berdiri.
12.  Jeje
Peli, berbaik hatilah dan turun kebawah. Bawalah teman kecil baru kita untuk mengunjungi tempat baru kita.
            Terdengar bunyi langkah kaki cepat menuju ke arah Tirman.
13.  Peli
Ayo, gandeng tanganku. Mari masuk ke dalam. Atau kamu terlalu lelah untuk berjalan kamu bisa masuk ke mulutku.
14.  Tirman
Tidak, terimakasih. Aku tidak lelah.
            Sampailah Tirman di dalam bangunan TPJTT. Di dalam Momon sedang duduk santai.
15.  Momon
Halo teman kecil, siapa namamu?
16.  Tirman
Namaku Tirman.
17.  Momon
Tirman, kami ingin kamu menjadi teman kami. Dan kami membutuhkan pertolonganmu, maukah kamu menolong kami?
18.  Tirman
Tentu saja. Apa yang bisa aku bantu?




19.  Momon
Kami harus mendapatkan pekerjaan membersihkan jendela. Apalah arti kami membangun usaha bila kami tak mengerjakan apapun? Seperti tong kosong nyaring bunyinya. Uang kami sudah habis untuk merenovasi bangunan ini. Aku, Peli dan Jeje kelaparan. Peli suka makan ikan, aku suka daging ayam sedangkan Jeje dia tidak memakan daging ia hanya makan brokoli yang sangat sulit ditemukan.

Tepat pada saat itu, Tirman menengok ke arah luar bangunan melalui jendela, seorang lelaki memparkirkan sepeda ontelnya di depan banguanan. Tirman terkejut melihat lelaki tersebut. Dan semuanyapun ikut menengok kearah luar.
20.  Tirman
Astaga aku tau siapa lelaki itu. Ia adalah pesuruh H.Marta
21.  Jeje
Siapa dia?
22.  Tirman
Beliau adalah tuan tanah di Gang Madrasah ini. Tanahnya sangat luas.
Lelaki tersebut mengetuk pintu dan pintu dibuka oleh Peli. Dan lelaki tersebut ikut takjub akan keanehan 3 bersaudara itu.
23.  Pesuruh
H.Marta meminta anda semua yaitu Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga untuk membersihkan jendela rumahnya yang berjumlah 677 jendela. Dan beliau meminta kalian secepatnya bertemu dengan beliau.
24.  Jeje
Tolong sampaikan pada H.Marta kami akan bertemu dengannya.
            Pesuruh H.Marta pun pergi.
25.  Momon
Horeee!!
26.  Peli
Ini akan menjadi pekerjaan yang menyenangkan.
27.  Jeje
Tirman, apakah kamu tahu dimana rumah H.Marta?
28.  Tirman
Ruamahnya tak jauh dari sini. Akan aku tunjukan dimana rumah H.Marta.
            Merekapun bersama-sama berjalan menuju rumah H.Marta

e.       Rumah H.Marta – Siang – H4
Merka hampir sampai ke rumah H.Marta. Dari kejauhan mereka melihat rumah yang sangat besar seperti istana. Mereka berjalan perlahan melintasi jalan masuk yang lebar. Dan mulai jelas terlihat bahwa jendela rumah H.Marta sangat banyak.

29.  Momon
Lihat betapa banyaknya jendela rumah yang dimiliki H.Marta. Mungkin perlu seumur hidup untuk membersihkannya.
f.       Halaman rumah H.Marta – Siang – H4
Mereka berjalan sampai halaman rumah H.Marta. Dari kejauhan mereka melihat H.Marta sedang berdiri dibawah pohon dan menengok keatas pohon. Burung kesayangannya terbang keluar dari sangkarnya dan bertengger di pohon. Mereka pun menghampiri H.Marta.

30.  H.Marta
Kuuuuurrr kurrrr. Hei burung tekukur turunlah. Kembalilah ke sangkarmu. Kurrrr Kurrrr. Mengapa kamu bertengger sangat tinggi. Sulit untukku menggapaimu. Seolah-olah kamu berada dipuncak gunung.
            Jeje mencoba menolong H.Marta menangkap burungnya.
31.  H.Marta
Hei apa yang kamu lakukan. Itu burungku? Jangan mencoba mengambilnya dari ku. Hei!!
            Jeje memberikan burung H.Marta dan menaruhnya kembali ke sangkarnya.
32.  Jeje
Saya sedang tidak mencoba mencuri burung kesayangan anda H.Marta. Saya hanya ingin menolong anda menangkap burung kesayangan anda.
33.  H.Marta
Apa yang sedang kamu lakukan di halamanku?
34.  Momon
Kami dari Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga. Anda meminta kami untuk membersihkan jendela rumah anda yang bagaikan istana ini.
35.  H.Marta
Aku menyukai cara kalian menangkap burung kesayanganku. Dan siapa anak laki-laki kecil ini?
36.  Peli
Dia Tirman, ia manajer kami.
37.  H.Marta
Ayo tunjukan padaku bagaimana kehebatan kalian dalam membersihkan jendela rumahku. Dan tentu saja tanpa tangga.
            Mereka bersama-sama berjalan menuju rumah H.Marta.

g.      Kediaman H.Marta – Siang – H4

38.  H.Marta
Sekarang, apa yang akan kalian lakukan?
39.  Momon
Sederhana saja. Jeje tangganya, Peli embernya dan saya pembersihnya. Silahkan lihat cara kami bekerja.
Momon membuka keran air di dekat sana. Peli menempatkab mulutnya yang seperti paruh burung pelikan yang besar itu dibawah keran sehingga penuh dengan air. Lalu Jeje mengangkat tubuh Momon dengan mudahnya. Dan mengangkatnya setinggi mungkin.
40.  Jeje
Kami akan membersihkan jendela yang berada di lantai teratas rumah anda.
41.  H.Marta
Bagaimana bisa? Itukan tinggi sekali. Bahkan aku lihat Jeje pun tak akan sampai pada lantai teratas.
42.  Jeje
Silahkan lihat tangan ajaibku yang sangat aku banggakan ini Tuan.
Jeje dengan kedua tangannya mengangkat Momon dengan mudahnya. Dan tangan Jeje terulut semakin panjang dan semakin pajang, Momon pun terangkat semakin tinggi dan semakin tinggi. Sampai pada Momon di jendela lantai teratas.
43.  Jeje
Bagaimana tuan?
44.  H.Marta
Wahhhh benar-benar ajaib. Sangat mencengankan!

h.      Jendela lantai empat – Sore – H4
Kecepatan kerja mereka amat cepat. Segera setelah satu jendela selesai, Jeje langsung menggeser Momon ke jendela berikutnya dan Peli pun mengikuti dengan air di dalam mulutnya. Ketika seluruh jendela di lantai empat dibersihkan, tiba-tiba Jeje, Momon maupun Peli berhenti mendadak. Mereka terpaku di depan dinding rumah. Tak satupun dari mereka bergerak. Dengan hati-hati Jeje dan Momon menghampiri Tirman dan H.Marta lalu berbicara dengan pelan hampir berbisik.
45.  Momon
Tuan, ada laki-laki di salah satu kamar di lantai empat. Dia membuka semua laci dan mengeluarkan seluruh isinya. Dia membawa senjata tajam.
46.  H.Marta
Kamar yang mana? Tunjukkan padaku segeraa!
47.  Jeje
Dilantai empat yang jendelanya terbuka lebar tuan.
48.  H.Marta
Astaga, itu kamar isteriku! Laki-laki itu mengincar perhiasan isteriku! Telpon polisi! Ambil bambu runcing! Panggil warga!
Lalu tiba-tiba Peli memuntahkan seluruh air yang ada di mulutnya dan melesat lari ke dalam rumah H.Marta. Beberapa detik kemudian Peli kembali dengan mulut tertutup rapat dan menggembung besar berdiri di samping H.Marta. Dentuman keras terdengar dari dalam mulutnya.
49.  H.Marta
Apa yang ia lakukan? Dan mengapa mulutnya menjadi begitu besar?
50.  Tirman
Sepertinya ia menangkap laki-laki itu dengan mulutnya.
51.  H.Marta
Bagus sekali. Akan ku hajar dia. Bukalah mulutmu Peli.
Peli tidak membuka mulutnya seperti apa yang diminta H.Marta. peli hanya menggelengkan kepalanya dan bergumam tidak jelas.

52.  Momon
Laki-laki itu membawa senjata tajam tuan. Jika Peli membuka mulutnya laki-laki itu akan menyerang kita semua.
Tiba-tiba terdengar suara tusukan. Dan ternyata pencuri itu menusuk mulut Peli dari dalam. H.Marta berteriak dan semua mundur sepuluh langkah menjauh dari Peli.
53.  H.Marta
Awaaaas!
54.  Momon
Beri ia pelajaran Peli. Dia mencoba keluar dari mulutmu dengan menusuk mulutmu. Buat ia jera Peli.
Peli pun berinisiatif mengguncangkan kepalanya dengan cepat ke kanan dan ke kiri. Sampai tak terlihat kemana arah kepalanya. Laki-laki yang ada di dalamnya tentunya merasa pusing.
55.  Tirman
Bagus Peli, buat ia jera. Guncang terus agar ia tak mencoba menusuk mulutmu lagi.
Pada saat itu, seorang wanita yang tidak lain adalah isteri H. Marta yaitu Hj.Jaenab keluar dari rumah sambil berteriak-teriak.
56.  Hj.Jaenab
Perhiasan ku! Barang berhargaku! Seseorang mencuri semuanya! Kamarku berantakan! Laci berhamburan dari lemari! Dimana perhiasanku? Kembalikan, kembalikan padaku!
57.  H.Marta
Tenangkan dirimu wahai isteriku. Anak ini sudah menangkap pencuri yang mengambil perhiasanmu. Pencuri itu sedang ada di dalam mulutnya.
58.  Hj. Jaenab
Bila ia ada disana, kenapa tidak kau keluarkan dia? Agar ia bisa mengembalikan perhiasanku. Buka mulutmu, nak!
59.  H.Marta
Jangan! Jangan! Dia memiliki senjata tajam. Ia dapat melukai salah satu atau kita semua.
Polisi akhirnya datang, tidak kurang dari empat mobil polisi menghampiri mereka dengan bunyi sirine yang amat berisik. Enam polisi mengepung mereka. Dan Peli perlahan membuka mulutnya. Polisi terkejut setelah melihat laki-laki yang berada di dalam mulut Peli.
60.  H.Marta
Penjahat itu ada didalam mulutnya. Bersiaplah memborgolnya. Nak, bukalah mulutmu.
61.  Polisi
Waaaaahh kerja yang bagus! Ini adalah Mat Olek. Ia adalah penjahat kelas kakap. Sudah lama kami bagian kepolisian krimitalitas mencoba menangkapnya. Tetapi ia terlalu cerdik dan licin bagai belut sawah.
62.  Hj.Jenab
Lalu bagaimana dengan perhiasan saya?
63.  Polisi
Ini Bu perhiasannya.

i.        Halaman H.Marta – Sore – H4
Setalah seluruh urusan selesai dengan polisi mereka berkumpul dan berdiskusi tentang mulut Peli yang tertusuk pencuri tadi. Dan ada hal lain yang ingin disampaikan H.Marta
64.  Momon
Lihat, senjata tajam pencuri itu melubangi bagian pipi Peli.
65.  Peli
Habislah sudah, mulutku sudah tak berguna lagi untuk menampung air.
66.  H.Marta
Tenang, aku akan membawamu ke dokter untuk menjahit lukamu. Dan lukamu akan sembuh walau akan memakan waktu yang lama. Sekarang kita harus membicarakan hal yang lebih penting daripada luka di pipimu. Dengarkan aku, perhiasan isteriku sangat bernilai tinggi. Dan kalian menyelamatkannya. Tak ada imbalan apapun yang dapat menggantikan jasa kalian. Maka aku menawarkan, aku undang Momon, Jeje serta Peli tinggal di kediaman ku. Aku akan melayani kalian agar kalian nyaman disini. Sebagai gantinya, kalian cukup membersihkan jendelaku.
67.  Jeje
Anda sangat baik tuan. Tetapi mungkin anda akan mengalami kesulitan bila mengundang saya juga. Saya tidak ingin terdengar tak berterima kasih atau terlalu memaksa, tapi ada satu masalah tuan. Kami kelaparan, kami belum makan berhari-hari.
68.  H.Marta
Jangan khawatir, sebelumnya aku sudah menyelidiki tentang kalian. Kau suka makan brokoli, bukan? Dan Momon suka makan dging ayam sedangkan Peli suka makan ikan, bukan? Disini semua itu tersedia.
Wajah Momon, Jeje serta Peli mengeluarkan senyum sumringah. Momon terlalu senang sampai ia melompat kesana kemari. Diikuti Jeje dan Peli. Ketiga saudara itu menari dan bernyanyi bersama. Berputar-putar sambil bergandeng tangan.
Tirman dan H.Marta berdiri berdampingan melihat ketiga bersaudara itu kegirangan. Dan H.Marta mulai berbicara dengan Tirman. Tirman gugup sampai berkeringat.
69.  H.Marta
Nahhh, bagaimana denganmu nak?Apakah kamu memiliki keinginan khusus untuk dirimu sendiri? Jika ada, mari katakan. Aku akan menyimak dengan baik.
70.  Tirman
Ya, tuan. Saya memiliki keinginan kecil. Ada bangunan tua bernama GulaGula. Dulunya bangunan tua itu adalah toko permen. Saya sangat berharap bisa menjadikannya toko permen yang mengasyikan seperti dulu
71.  H.Marta
Sungguh mulia keinginanmu nak. Kau dan aku akan menjadikannya toko permen yang mengasyikan seperti dulu. Aku akan membeli bangunan itu. Dan mendirikan GulaGula serta menjadikanmu pemiliknya.


j.        Toko permen GulaGula – Sore – H5
Semuanya terjadi dengan cepat. Para pekerja bangunan serta tukang kayu berdatangan dan merenovasi bangunan GulaGula sesuai dengan permintaan Tirman. Bangunan GulaGula terdiri dari tiga lantai dan setiap lantai dipasang barisan rak tinggi dan juga terdapat tangga untuk menolong anak-anak yang tak sampai meraih rak tertinggi.Rak pun mulai terisi dengan segala macam permen terenak di seluruh dunia. Terlihat di depan toko Tirman memandu para pekerja.
72.  Tirman
Baiklah terimakasih atas bantuannya. Aku akan membuka dan meresmikan toko permen GulaGula ini esok hari. Dan ku harap semua berjalan lancar.
            Para pekerja meninggalkan Tirman setelah saling bersalaman.

k.      Toko permen GulaGula – Pagi – H6
Sinetron diakhiri di depan toko permen GulaGula dengan dekorasi yang benar-benar menakjubkan. Tirman memgang gunting siap memotong pita sebagai simbolisasi bahwa resmilah toko permen GulaGula dibuka. Disana juga datang Momon, Jeje, Peli, H.Marta serta Hj.Jenab. Polisi yang dulu yang ia temui di rumah H.Marta pun turut datang. Anak-anak merhamburan masuk kedalam toko permen GulaGula. Terlihat keadaan yang mengasyikan persis seperti yang selama ini Tirman bayangkan.
73.  Tirman
Inilah yang ku maksud surganya para anak-anak.
74.  H. Marta
Kau akan sukses menjalani toko permen GulaGula ini nak.
75.  Momon
Tujuan mu mulia, kamu ingin melihat anak-anak yang lain bahagia.
76.  Jeje
Tirman, kami harus pergi. Dan kami harus membersihkan 100 jendela sebelum sore.
77.  Peli
Kami akan merindukanmu, tetapi kamu akan mengunjungi kami kan? Dan kamipun sebaliknya.
78.  Tirman
Ya, tentu saja. Aku harus kembali melayani para pelangganku di toko.
79.  Hj.Jaenab
Jaga dirimu baik-baik nak.
Hj.Jaenab membelai kepala Tirman. Momon, Jeje, Peli, H.Marta serta Hj.Jaenab berbalik untuk kembali pulang. Setelah lumayan jauh sampai Tirman serta toko Permen GulaGulanya tak terlihat. Tiba-tiba Tirman memanggil mereka sambil berlari. Dan memberi mereka masing-masing satu permen, tersenyum dan berkata,
80.  Tirman
Ini adalah permen andalan di tokoku. Namanya Permen Jahe.