Kalian pasti pernah
datang ke sebuah bioskop untuk menonton film yang kalian suka atau hanya
sekedar mengisi waktu luang mencari hiburan. Datang kesana membeli tiket atau
snack dan minuman untuk menemani kalian saat menonton film. Tentu akan ada
karyawan/karyawati bioskop yang membantu dan melayani kalian selagi kalian di
bioskop tersebut.
Sudah satu bulan
terakhir aku bekerja part time di salah satu bioskop di Jakarta. Aku
ditempatkan di bagian tiket dan snack. Tugasku membantu dan melayani customer
bioskop tersebut dalam pemilihan film, tempat duduk, sampai menyiapkan snack
yang mereka beli. Selama satu bulan pula aku menemui berbagai macam customer.
Yah benar-benar berbagai macam, ada yang memperlakukanku dengan baik sampai
dengan kurang baik.
Sebelum aku lanjutkan
tulisanku, perlu kuingatkan kalian kalau aku menulis ini bukan untuk
menjelekkan pihak tertentu. Aku hanya ingin berbagi cerita lewat sudut
pandangku.
Kejadian ini baru saja
ku alami. Kemarin, saat libur hari nasional 17 Agustus aku tetap masuk kerja
walaupun di kalender tertera jelas angka berwarna merah. Untuk tempat kerjaku,
justru tanggal merah adalah saat dimana jumlah customer yang datang melonjak.
Selama satu bulan kerja, baru kali ini aku merasakan bekerja pada hari libur
nasional. Benar saja, jumlah customer yang datang sangat banyak, antrean
panjang pun tak dapat dihindari.
Bagi aku dan teman
tempat ku bekerja, antrean panjang seperti ini tidak boleh dibiarkan. Kami pun
bekerja lebih ekstra dan dalam proses transaksi kami tak boleh terlalu lama, jangan
sampai customer mengantre terlalu lama. Ku beri tahu pada kalian, ada beberapa
customer yang bisa berlaku kurang baik pada ku setelah merasa mengantre terlalu
lama.
Biasanya aku bertugas
melayani penjualan tiket dan snack namun pada hari itu aku hanya bertugas
melayani penjualan tiket. Aku pun beberapa kali mengingatkan dengan suara yang
cukup keras ke customer bahwa pos tempatku bertugas hanya menjual tiket, ini ku
lakukan untuk menghindari customer yang salah antre. Tak tega juga bila
mendapati customer yang ingin membeli snack sudah mengantre dan menunggu di
posku.
Ku bantu satu persatu
customer dalam pembelian tiket. Sampailah pada customer1 yang ingin membeli
snack mengantre di posku. Tak tega aku menyarankan customer1 tersebut untuk
mengantri ulang di pos lain dan karena aku masih terbilang baru dan tak berani
mengambil keputusan, aku pun mencari jalan keluar dan bertanya kepada senior
tempatku bekerja yang bertugas di pos tepat sebelahku. Seniorku diam sejenak
dan bertanya pada customer2 yang ada di depannya, apakah customer2 tersebut
ingin membeli tiket atau snack atau bahkan keduanya. Ternyata customer2 hanya
ingin membeli tiket, seniorku pun menyarankan agar customer1 dan customer2
betukar posisi antre. Saat customer1 berpindah untuk bertukar antrean,
customer3 yang berada tepat di belakang customer1 langsung maju ke posku. Aku
pun meminta dengan baik-baik agar customer3 menunggu sebentar, karna aku akan
terlebih dahulu membantu proses pembelian tiket customer2. Customer3 memasang
muka marah dan mengumpat ke arahku, lalu ia keluar dari antrean. Sesaat
kemudian aku melihat ia memegang ponselnya dan memotretku. Aku yang masih shock
atas perlakuan dan umpatan yang dilayangkannya tersebut pun sempat diam sejenak.
Aku hanya tak mengerti untuk apa customer3 melakukan itu.
Suara seniorku
menyadarkanku lalu mengingatkan dan menenangkanku agar kembali fokus bekerja
karena bagi pekerja seperti kami hal tersebut sudah lumrah. Kami harus
memaklumi kalau-kalau kami menemukan kembali customer yang memperlakukan kami
seperti itu. “Mereka hanya sedang emosi saja”, begitu kata seniorku.
Malam setelah bekerja,
aku menceritakan hal yang ku alami tadi kepada teman-teman tempat kerjaku yang
lainnya. Tak disangka, mereka pun juga sudah pernah mengalami hal serupa. Dapat
dikatakan sudah sering mereka alami, bahkan temanku bukan lagi hanya dipotret
namun direkam oleh customer. Banyak cerita yang ku dengar dari teman-teman yang
lainnya. Ternyata kejadian yang ku alami tak ada apa-apanya dibandingkan dengan
apa yang sudah mereka alami. Salah satu teman ku pernah sampai menangis karena
diteriaki customer di depan umum, “Kamu ini sok pintar, tapi sebenarnya kamu
ini tidak pintar!”. Temanku yang lainnya bahkan dibilang ‘tidak sekolah’ oleh customer.
Aku setelah mendengar
cerita-cerita tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala. Aku tak mengerti, apa
yang kami lakukan sehingga kami mendapatkan perlakun seperti itu? Setahu ku,
kami selalu memberikan pelayanan kami yang terbaik. Tak peduli latar belakang,
penampilan atau uang yang customer bawa. Mengapa seakan pekerja seperti kami
adalah orang-orang rendah yang bodoh dan pendidikannya tidak cukup tinggi. Yang
membuatku makin geleng-geleng kepala adalah kami tak bisa berbuat apa-apa, kami
tak bisa melawan balik, kami hanya bisa diam, menelan kekesalan diperlakukan
tidak baik, dan lalu kembali bekerja. Memasang wajah kami yang paling ramah.
Mungkin kalian pernah
melihat seorang customer yang complain dengan nada dan suara tinggi ke seorang
pelayan, namun sepertinya hal tersebut akan dianggap biasa. Berbeda apabila
seorang pelayan melawan balik customer yang berbuat tidak menyenangkan,
kemungkinan pelayan itu akan dikeluarkan dari pekerjannya atau bahkan hancur
juga karirnya.
Mana rasa empati dan simpati yang
dimiliki masing-masing pribadi? Tidak bisakah kita saling mengerti? Jangan mengikuti ego, kalau memang salah tolong ingatkan aku. Dan salah
satu yang dapat ku ingatkan kepad kalian, ‘Melayani bukan berarti Pelayan.
Membantu bukan berarti Pembantu’.
Sekedar bertujuan untuk berbagi aja. Karna aku rasa posting ini akan berguna buat ku nantinya.
Bermula dari suatu sore beberapa hari yang lalu.
Dengan bertujuan menuju SMP ku dulu karena suatu urusan, aku pergi kesana naik
motor. Dengan motor biasa yang ku bawa beserta jalan yang sama ku lewatin
menuju sana.
Tapi di tengah jalan ada seorang Ibu dengan memakai kaos hijau dengan celana 3/4 berwarna putih gading ia melambaikan tangan ke arah ku secara tiba-tiba. Secara spontan juga ku tarik rem tangan ku dan mundur sedikit karna aku agak melewati Ibu itu. Awalnya ku pikir mungkin aja Ibu tersebut butuh pertolongan seperti sekedar bertanya jalan. Dan ternyata pertolongan yang diminta Ibu itu
bukan seperti apa yang ku pikirin sebelumnya. Karna Ibu itu bilang begini,
"De, bisa numpang sampe simpang macan?".
Yap, simpang macan adalah daerah yang emang tidak terlalu jauh
dari SMP lama ku, tapi simpang macan itu harus melewati SMP ku dulu. Yang ku pikir, 'Aduh, searah sih tapi males banget harus ngelewatin tempat tujuan
terus balik lagi'. Sempat diam dan berpikir agak lama untuk menjawab permintaan tolong Ibu itu. Tapi entah bagaimana sedetik kemudian aku malah meng-iya-kan
permintaan Ibu itu. Lagi pula apa salahnya sih ya bantu orang sekali-kali.
Setelah naik ke motor terjadi percakapan antara aku dan Ibu itu. Mungkin lebih tepatnya Ibu itu curhat ya.
Ia bercerita alasan kenapa ia meminta ku memberinya tumpangan. Jadi Ibu
itu kerja menjaga toko di Tanah Abang. Ia punya 3 anak yang salah satunya masih
kecil. Karna angkot yang menuju rumahnya itu ngetemnya terkenal akan
kelamaannya dan juga anaknya yang menunggu dirumah berhubung sudah sore
juga.
Setelah Ibu itu memberi tahu alasannya meminta tumpangan,
sesaat diam dan tak ada obrolan diantara kita. Nahhh saat keheningan itu aku berpikir, 'apa ibu ini adalah kiriman dari acara reality show yang
nantinya setelah aku memberinya tumpangan, aku aka dapat uang'. Hahahaha (tapi sumpah ku berharap sekali yang ini benar). Atau buruknya Ia itu sindikat penjahat
kejahatan di Jakarta. Okay, ku tau khayalan ku memang aneh-aneh. Tapikan kita juga harus berhati-hati, apalagi dijakarta kan?
Entah kenapa saat itu pemikiran ku lebih condong berpikir
kalo Ibu itu adalah sindikat penjahat. Dan lalu ku berpikir, aku akan pura-pura mendapat telpon dari entah siapa yang mengharuskan ku untuk
cepat-cepat ke SMP. Lalu aku izin ke Ibu itu untuk turun di tengah
jalan, lalu melanjutkan jalan ku yang semestinya. Tapi aku tak sungguhan ngelakuin itu, aku ga sejahat itu. Jadi aku melanjutkan perjalanan dan berpikir positif saja,
kalau Ibu itu memang membutuhkan pertolongan
Lalu Ibu itu bertanya, kira-kira begini percakapannya :
Ibu : De, udah nikah?
Aku: Wogh, belum bu, baru SMK.
Ibu : Ohh bagus de. Nanti kalo nikah cari suami
jangan liat dari cinta doag ya de.
Disini aku kaget banget, kenapa Ibu ini tiba-tiba ngomong gini
yah? Dan aku cuma bisa jawab, "Oh iya, Bu". Dengan disertai senyuman
maksa karna bingung.
Berhubung akan sampai simpang macan aku pun bertanya ke Ibu
itu.
Aku: Ibu, mau turun dimananya simpang macan?
Ibu : Ibu boleh minta anterin sampe citra 3 gak, Neng? Sebenernya rumah Ibu di daerah sana.
Nah loh disini aku tambah curiga sebenarnya, karna dari
simpang macan ke citra 3 itu jauh. Dan aku juga belum mengenal betul daereh citra
3. Tapi mengingat cerita Ibu itu sebelumnya kalau anaknya sedang menunggu dia dirumah. Aku pun membuang pikiran negatif ku dan memutuskan untuk mengantar Ibu tersebut sampai rumah.
Lalu percakapan pun kembali disambung
Aku: Iya, Bu, boleh. Tapi nanti tunjukin jalannya aja ya Bu. Soalnya saya kurang tau daerah citra 3
Ibu : Oh ade gatau daerah citra 3? Ga apa-apa
nihh?
Gue: Iya bu. Sekalian biar tau juga daerah citra 3.
Ibu : Makasih ya de udah mau nganter Ibu.
Gue: Iya, Bu.
Dan Ibu itu mulai lagi cerita.
Ibu : De, ibu itu kerja di Tanah Abang jaga toko
gaji sedikit. Tapi mau gimana lagi, punya suami gabisa diandelin. Makanya nanti
kalo mau nikah, pilih-pilih calon suami jangan liat cuma pake cinta nanti
nyesel kayak ibu gini.
Aku cuma bisa jawab "Iya, Bu." dengan nada anak yg
nurut lagi dinasehatin orang tua.
Ibu : Ibu ini kan udah tua, jadi udah ga punya Ibu juga. Kalo mau cerita atau minta nasehat mau kemana lagi? Masa mau cerita
ke anak? Kan ga mungkin Ibu cerita ke anak. Anak kan punya masalah sendiri,
masa Ibu mau nambah beban anak sendiri.
Dan wow, Ibu ini berhasil mengambil perhatian ku. Aku pun
sembari membawa motor juga mendengarkan curhatan Ibu itu. Karna aku pikir Ibu ini memang beneran butuh tempat/orang buat mengeluarkan keluh kesahnya sebagai
seorang Ibu.
Ibu : Terus ya de, rajin nabung buat hari tua
ya, kita kan ga tau apa yang bakalan kita derita pas udah tua nanti. Kalaupun
gada penyakit uangnya buat kita senang-senang dihari tua. Biar ga kayak ibu
nih. Tuapun hidup susah.
Itulah curhatan Ibu itu. Tapi sebenernya belum semua. Tapi
itu inti dari apa yang Ibu itu ceritain.
Aku pun sampai di tempat yang diarahkan Ibu itu. Aku tidak mengantar Ibu itu sampai rumahnya. Hanya sampai gang rumahnya saja. Karna Ibu itu juga
takut aku tak tahu jalan pulang dan nyasar. Ibu itupun berterima kasih
Ibu : Makasih ya de. Maaf ya jadi nganterin jauh
gini. Pulang hati-hati ya de, inget jalannya kan? nanti nyasar ga?
Gue: Iya ibu, semoga aja ga nyasar bu.
Ibu itu pun pergi. Aku pun balik jalan ke
SMP, tujuan awal ku. Sempat nyasar, tapi yah namanya juga belajar dan
pertama kali ke daerah sana. Kita ga bakalan belajar melakukan sesuatu yang benar
kalo tak melakukan kesalahan kan?
Tapi jujur, dalam perjalanan ku pulang, aku tetap berharap
ada yang memberhentikan ku lagi dan bilang "KARNA ANDA TELAH MENOLONG IBU
TADI, ANDA MENDAPAT UANG 1JUTA !!" sambil ngasih segepok uang ke tangan ku hahahaha.
Tapi diluar itu, ibu itu ngasih sesuatu ke aku yang lebih
dari segepok uang 1juta. Itu nasehat dia. Dan pelajaran dia dan cerita dia yang ku anggap sebagai seorang Ibu. Terutama saat Ia bilang, " Kalo mau
cerita atau minta nasehat mau kemana lagi? Masa mau cerita ke anak? Kan ga
mungkin ibu cerita ke anak. Anak kan punya masalah sendiri, masa ibu mau nambah
beban anak sendiri". Kata-kata ibunya yang satu ini sangat jelas di ingatan ku.
Yang ku pikir, INILAH SEORANG IBU.
Ibu itu mengingatkan ku kalau kita adalah seorang anak yang membutuhkan Ibu kita. Namun di sisi lain walaupun nantinya kita akan menjadi seorang Ibu, kita pun akan tetap membutuhkan seorang Ibu. Jangan menyia-nyiakan Ibu-mu. Mungkin kata-kata ku sangan klise. Kau akan merasa ini sangat klise karna kau tak merasakannya. Seperti yang tadi ku bilang, walaupun kita akan menjadi seorang Ibu, kita tetap membutuhkan Ibu kita. Jangan sampai kau menjadi Ibu tanpa Ibu. Sedih sekali rasanya.
Soal menabung dari muda, bener juga kan. Kita ga akan tahu
apa yang akan terjadi sama kita. Jangan juga saat tua menyusahkan orang lain, karna kita juga yang akan susah.
Akhir kata dari posting ini aku mau berterima kasih sama
Ibu berkaos hijau. Terima kasih sudah memberi pelajaran dan nasihat berharga untuk ku. Ibu yang di mata ku memiliki kasih yang sangat besar untuk anaknya. Ibu yang bahkan ku tak tahu namanya.
Adaptasi Novel Anak Karya Roald Dahl: The Giraffe ant the Pelly and Me
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
IDE IDE POKOK : Impian akan diraih siapapun bagi
yang berusaha meraihnya.
II.IDE
PENUNJANG : Petualangan mencapai mimpi.
III.JUDUL : “ Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga”
IV. AUDIEN : Semua
Lapisan Masyarakat
V.DURASI : 30 Menit
VI.TUJUAN :
Memberikan
hiburan bagi seluruh lapisan masyarakat yang dapat menikmati sinema elektronik
ini.
VII.IDENTITAS
PROGRAM :
A.Pelaku
1)Tirman : Anak laki-laki berumur 12 tahun. Ia memiliki
tubuh yang
lebih kecil dibandingkan
anak-anak seumurnya. Rambutnya botak dan ia memiliki wajah yang ramah.
2)Peli : Remaja berumur 17 tahun. Ia memiliki tubuh
yang
lumayan besar.
Dan ia di panggil Peli karna memiliki
mulut seperti paruh
burung pelikan yang dapat
menampung apa saja.
3)Jeje: Kakak dari Peli berumur
22 tahun. Ia memiliki tubuh
yang amat tinggi
mencapai 298cm. Itulah sebabnya ia dipanggil Jeje singkatan dari Jerapah.
4)Momon : Kakak tertua dari Peli dan Jeje. Ia berumur
25 tahun dan
memiliki tubuh yang sangat kurus
bagaikan kumpulan kawat yang terlilit kulit. Walaupun begitu iya sangat lincah seperti
monyet, itulah kenapa ia dipanggil Momon
5)H. Marta : Tuan
tanah di daerah Gang Madrasah berusia 67 tahun,
memiliki rumah
yang sangat besar.
6)Hj.
Jaenab : Isteri dari H. Marta, berusia 60 tahun.
7)Mat Olek : Pencuri kelas kakap.
B.Musik
1)Musik
Pembuka (Musik riang)
2)Musik
Penyeling (Musik riang)
3)Musik
Penutup (Musik riang)
VIII.SINOPSIS
Sinetron ini menceritakan tentang
Tirman, seorang anak laki-laki yang selalu bermimpi memiliki toko permen.
Impian ini muncul dikarenakan ada bangunan tua untuk toko permen didekat rumah
Tirman yang sudah lama ditinggalkan bernama GulaGula. Suatu hari, ia melihat
bahwa bangunan tua itu telah direnovasi dan telah dijadikan kantor pusat untuk
Perusahaan Pembersih Jendela. Dan kemudian Tirman bertemu dengan para
pekerjanya, Jeje dengan tubuhnya yang tinggi, Peli yang memiliki mulut seperti
burung pelikan dan Momon yang lincah. Setelah pertemuan pertama pun mereka
menjadi teman dan Tirman ikut serta dalam pekerjaan membersihkan jendela. Suatu
hari mereka mendapatkan surat dari H.Marta yang meminta mereka untuk
membersihkan jendela rumahnya.
Sampailah mereka di rumah
H.Marta, semuanya berjalan lancar sampai Jeje dan Momon yang sedang membersihkan
jendela kamar tidur Hj.Jaenab –yang tak lain adalah isteri H.Marta, melihat
seorang pencuri yang sedang mencoba mencuri perhiasan serta berlian Hj.Jaenab.
Peli pun lari masuk ke kamar Hj.Jaenab dan menangkap pencurinya, semua orang
pun panik. Tak disangka pencuri tersebut membawa senjata tajam dan terus
mencoba menusuk dan terkena mulut Peli. Akhirnya, polisi tiba untuk menangkap
pencuri tersebut. Polisi pun mengenali pencuri tersebut sebagai “Mat Olek”,
salah satu pencuri kelas kakap.
Sebagai tanda terima kasih atas
pertolongan serta pengorbanan Peli terhadap Hj.Jaenab, H.Marta mengundang Tim
Pembersih Jendela untuk tinggal bersama di tanah miliknya sebagai pembantu
pribadinya untuk membersihkan jendela rumahnya. Mimpi Tirman pun menjadi
kenyataan. Karena Jeje, Peli serta Momon sudah tidak memerlukan gedung
GulaGula. Dengan sedikit bantuan dari H.Marta, GulaGula dibuka kembali sebagai
toko Permen yang paling diminati di Gang Madrasah. Cerita berakhir dengan
Tirman menjalankan toko permennya serta Jeje, Peli dan Momon tetap menjalankan
usaha Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga.
IX.NASKAH
a.Di jalan menuju rumah Tirman melewati
bangunan GulaGula – Siang – H1
Cerita dimulai
dengan seorang anak kecil (Tirman) berjalan santai di trotoar menuju ke
rumahnya. Berjalan santai sampai akhirnya melewati bangunan tua dan berhenti
sejenak. Terlihat bangunan tua kosong berdiri kokoh di sisi jalan. Terlihat
papan nama samar-samar terbaca GulaGula dan dibagian jendela bangunan tua
tersebut dengan cat putih bertuliskan DIJUAL.
Di depan pintu bangunan
tua – Siang – H1
Tirman mencoba
membuka pintu bangunan tua yang terkunci. Lalu mengintip melalui celah jendela.
Yang terlihat hanya kegelapan dan debu.
01.Tirman
Aaaahhh, aku selalu ingin menjelajahi bangunan tua
ini. Ibu pernah bercerita kalau bangunan ini dulunya adalah toko permen bernama
GulaGula. Pasti dulunya ini toko permen yang sangat mengasyika. Surga bagi para
anak kecil.
b.Di jalan menuju rumah Tirman melewati
bangunan GulaGula – Siang – H2
Menengok ke arah
bangunan GulaGula. Di jendela bangunan GulaGula terlihat tulisan TERJUAL,
seseorang telah mengganti tulisan tersebut. Tirman berdiri di sana memandang
tulisan.
02.Tirman
Andai
saja aku yang membeli bangunan ini, dengan begitu aku akan merubagnya menjadi
toko permen GulaGula yang menyenangkan seperti dulu. Aku selalu bermimpi
memiliki toko permen dan akan penuh dengan bermacam permen dari seluruh
Indonesia. Aku mau melakukan apa saja agar toko GulaGula ini jadi punyaku.
c.Di bangunan GulaGula – Sore – H3
Tirman memandang
ke arah bangunan GulaGula. Tirman melihat barang-barang terlempar dari jendela
lantai dua ke halaman toko GulaGula. Ada seseorang yang sedang membuang barang
tua tak terpakai dari bangunan tersebut. Tirman mendekati bangunan tersebut dan
berdiri tepat di bawah jendela.
03.Tirman
Ada orang di dalam?
Tak ada yang
menjawab. Hening dalam waktu yang lama. Tirman menggaruk kepalanya yang botak
seperti sedang berpikir.
04.Tirman
Sebentar
lagi menjelang malam, sebaiknya aku pulang saja. Tapi aku akan kembali lagi
besok.
d.Di bangunan GulaGula – Pagi – H4
Tirman takjub
karena ia melihat bangunan GulaGula memiliki pintu baru berwarna merah yang
sangat tinggi dan terlihat aneh sekali.
05.Tirman
Siapa yang akan memerlukan pintu setinggi itu?
Apakah seorang raksasa yang tinggal disana?
Dan terlihat
tulisan di jendela yang dulunya tertulis TERJUAL kini berganti “Tim Pembersih
Jendela Tanpa Tangga. Tirman memandang sekeliling dan takjub seketika melihat
kepala seorang laki-laki muncul dari jendela gedung paling atas yang terbuka.
Kepala tersebut balik memandang Tirman yang masih takjubtak bergerak.
Tiba-tiba, jendela lain terbuka dan disana terlihat anak remaja dengan badan
yang lumayan besar dan memiliki mulut seperti paruh burung pelikan.
06.Peli
Aku lapar sekaliiiiii. Ohh, jauhkah pasar dari sini?
Aku ingin makan ikan!
07.Tirman
Pasar jauh dari sini! Tapi ada Tukang Ikan keliling.
08.Peli
Apa
ikan? Tukang ikan? Apa itu? Aku pernah dengar dendeng ikan, baso ikan dan
kerupuk ikan. Tapi aku tak pernah dengar Tukang Ikan. Apakah rasanya enak?
Tirman pun
menggaruk kepalanya karena keheranan atas pertanyaan remaja gemuk tersebut dan
memilih mengalihkan pembicaraan.
09.Tirman
Siapa temanmu yang berada di jendela sebelahmu?
10.Peli
Ia
kakakku Jeje! Ia menakjubkan, bukan? Kakinya berada di lantai bawah tetapi
kepalanya terlihat di jendela lantai teratas.
Belum cukup
Tirman merasa takjub, jendela lantai satu terbuka lebar dan muncullah laki-laki
lain dari dalamnya. Laki-laki tersebut melompat-lombat serta menari dengan
gerakan yang amat lincah. Tirman dengan lincahnya pun ikut menari-nari.
11.Momon
Apakah
kamu bertanya-tanya siapa kami? Kami adalah Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga
atau TPJTT. Kami tak perlu ember, tangga ataupun mesin pembersih jendela.
Karena kami memiliki mulut Peli yang seperti paruh burung pelikan yang memuat
apa saja, tubuh Jeje yang sangat tinggi seperti tangga dan aku yang memiliki
tangan yang sangat lincah bagai mesin pembersih jendela.
Tirman masih
terdiam di tempatnya berdiri.
12.Jeje
Peli,
berbaik hatilah dan turun kebawah. Bawalah teman kecil baru kita untuk
mengunjungi tempat baru kita.
Terdengar
bunyi langkah kaki cepat menuju ke arah Tirman.
13.Peli
Ayo, gandeng tanganku. Mari masuk ke dalam. Atau
kamu terlalu lelah untuk berjalan kamu bisa masuk ke mulutku.
14.Tirman
Tidak,
terimakasih. Aku tidak lelah.
Sampailah
Tirman di dalam bangunan TPJTT. Di dalam Momon sedang duduk santai.
15.Momon
Halo teman kecil, siapa namamu?
16.Tirman
Namaku Tirman.
17.Momon
Tirman, kami ingin kamu menjadi teman kami. Dan kami
membutuhkan pertolonganmu, maukah kamu menolong kami?
18.Tirman
Tentu saja. Apa yang bisa aku bantu?
19.Momon
Kami harus mendapatkan pekerjaan membersihkan
jendela. Apalah arti kami membangun usaha bila kami tak mengerjakan apapun?
Seperti tong kosong nyaring bunyinya. Uang kami sudah habis untuk merenovasi
bangunan ini. Aku, Peli dan Jeje kelaparan. Peli suka makan ikan, aku suka
daging ayam sedangkan Jeje dia tidak memakan daging ia hanya makan brokoli yang
sangat sulit ditemukan.
Tepat pada saat
itu, Tirman menengok ke arah luar bangunan melalui jendela, seorang lelaki
memparkirkan sepeda ontelnya di depan banguanan. Tirman terkejut melihat lelaki
tersebut. Dan semuanyapun ikut menengok kearah luar.
20.Tirman
Astaga aku tau siapa lelaki itu. Ia adalah pesuruh
H.Marta
21.Jeje
Siapa dia?
22.Tirman
Beliau
adalah tuan tanah di Gang Madrasah ini. Tanahnya sangat luas.
Lelaki tersebut
mengetuk pintu dan pintu dibuka oleh Peli. Dan lelaki tersebut ikut takjub akan
keanehan 3 bersaudara itu.
23.Pesuruh
H.Marta meminta anda semua yaitu Tim Pembersih
Jendela Tanpa Tangga untuk membersihkan jendela rumahnya yang berjumlah 677
jendela. Dan beliau meminta kalian secepatnya bertemu dengan beliau.
24.Jeje
Tolong
sampaikan pada H.Marta kami akan bertemu dengannya.
Pesuruh
H.Marta pun pergi.
25.Momon
Horeee!!
26.Peli
Ini akan menjadi pekerjaan yang menyenangkan.
27.Jeje
Tirman, apakah kamu tahu dimana rumah H.Marta?
28.Tirman
Ruamahnya
tak jauh dari sini. Akan aku tunjukan dimana rumah H.Marta.
Merekapun
bersama-sama berjalan menuju rumah H.Marta
e.Rumah H.Marta – Siang – H4
Merka hampir
sampai ke rumah H.Marta. Dari kejauhan mereka melihat rumah yang sangat besar
seperti istana. Mereka berjalan perlahan melintasi jalan masuk yang lebar. Dan
mulai jelas terlihat bahwa jendela rumah H.Marta sangat banyak.
29.Momon
Lihat betapa banyaknya jendela rumah yang dimiliki
H.Marta. Mungkin perlu seumur hidup untuk membersihkannya.
f.Halaman rumah H.Marta – Siang – H4
Mereka berjalan
sampai halaman rumah H.Marta. Dari kejauhan mereka melihat H.Marta sedang
berdiri dibawah pohon dan menengok keatas pohon. Burung kesayangannya terbang
keluar dari sangkarnya dan bertengger di pohon. Mereka pun menghampiri H.Marta.
30.H.Marta
Kuuuuurrr
kurrrr. Hei burung tekukur turunlah. Kembalilah ke sangkarmu. Kurrrr Kurrrr.
Mengapa kamu bertengger sangat tinggi. Sulit untukku menggapaimu. Seolah-olah
kamu berada dipuncak gunung.
Jeje
mencoba menolong H.Marta menangkap burungnya.
31.H.Marta
Hei
apa yang kamu lakukan. Itu burungku? Jangan mencoba mengambilnya dari ku. Hei!!
Jeje memberikan
burung H.Marta dan menaruhnya kembali ke sangkarnya.
32.Jeje
Saya sedang tidak mencoba mencuri burung kesayangan
anda H.Marta. Saya hanya ingin menolong anda menangkap burung kesayangan anda.
33.H.Marta
Apa yang sedang kamu lakukan di halamanku?
34.Momon
Kami dari Tim Pembersih Jendela Tanpa Tangga. Anda
meminta kami untuk membersihkan jendela rumah anda yang bagaikan istana ini.
35.H.Marta
Aku menyukai cara kalian menangkap burung
kesayanganku. Dan siapa anak laki-laki kecil ini?
36.Peli
Dia Tirman, ia manajer kami.
37.H.Marta
Ayo
tunjukan padaku bagaimana kehebatan kalian dalam membersihkan jendela rumahku.
Dan tentu saja tanpa tangga.
Mereka
bersama-sama berjalan menuju rumah H.Marta.
g.Kediaman H.Marta – Siang – H4
38.H.Marta
Sekarang, apa yang akan kalian lakukan?
39.Momon
Sederhana
saja. Jeje tangganya, Peli embernya dan saya pembersihnya. Silahkan lihat cara
kami bekerja.
Momon membuka
keran air di dekat sana. Peli menempatkab mulutnya yang seperti paruh burung
pelikan yang besar itu dibawah keran sehingga penuh dengan air. Lalu Jeje
mengangkat tubuh Momon dengan mudahnya. Dan mengangkatnya setinggi mungkin.
40.Jeje
Kami akan membersihkan jendela yang berada di lantai
teratas rumah anda.
41.H.Marta
Bagaimana bisa? Itukan tinggi sekali. Bahkan aku
lihat Jeje pun tak akan sampai pada lantai teratas.
42.Jeje
Silahkan
lihat tangan ajaibku yang sangat aku banggakan ini Tuan.
Jeje dengan
kedua tangannya mengangkat Momon dengan mudahnya. Dan tangan Jeje
terulut semakin panjang dan semakin pajang, Momon pun terangkat semakin tinggi
dan semakin tinggi. Sampai pada Momon di jendela lantai teratas.
43.Jeje
Bagaimana tuan?
44.H.Marta
Wahhhh
benar-benar ajaib. Sangat mencengankan!
h.Jendela lantai empat – Sore – H4
Kecepatan kerja
mereka amat cepat. Segera setelah satu jendela selesai, Jeje langsung menggeser
Momon ke jendela berikutnya dan Peli pun mengikuti dengan air di dalam
mulutnya. Ketika seluruh jendela di lantai empat dibersihkan, tiba-tiba Jeje,
Momon maupun Peli berhenti mendadak. Mereka terpaku di depan dinding rumah. Tak
satupun dari mereka bergerak. Dengan hati-hati Jeje dan Momon menghampiri
Tirman dan H.Marta lalu berbicara dengan pelan hampir berbisik.
45.Momon
Tuan, ada laki-laki di salah satu kamar di lantai
empat. Dia membuka semua laci dan mengeluarkan seluruh isinya. Dia membawa
senjata tajam.
46.H.Marta
Kamar yang mana? Tunjukkan padaku segeraa!
47.Jeje
Dilantai empat yang jendelanya terbuka lebar tuan.
48.H.Marta
Astaga,
itu kamar isteriku! Laki-laki itu mengincar perhiasan isteriku! Telpon polisi!
Ambil bambu runcing! Panggil warga!
Lalu tiba-tiba
Peli memuntahkan seluruh air yang ada di mulutnya dan melesat lari ke dalam
rumah H.Marta. Beberapa detik kemudian Peli kembali dengan mulut tertutup rapat
dan menggembung besar berdiri di samping H.Marta. Dentuman keras terdengar dari
dalam mulutnya.
49.H.Marta
Apa yang ia lakukan? Dan mengapa mulutnya menjadi
begitu besar?
50.Tirman
Sepertinya ia menangkap laki-laki itu dengan
mulutnya.
51.H.Marta
Bagus
sekali. Akan ku hajar dia. Bukalah mulutmu Peli.
Peli tidak
membuka mulutnya seperti apa yang diminta H.Marta. peli hanya menggelengkan
kepalanya dan bergumam tidak jelas.
52.Momon
Laki-laki
itu membawa senjata tajam tuan. Jika Peli membuka mulutnya laki-laki itu akan
menyerang kita semua.
Tiba-tiba
terdengar suara tusukan. Dan ternyata pencuri itu menusuk mulut Peli dari
dalam. H.Marta berteriak dan semua mundur sepuluh langkah menjauh dari Peli.
53.H.Marta
Awaaaas!
54.Momon
Beri
ia pelajaran Peli. Dia mencoba keluar dari mulutmu dengan menusuk mulutmu. Buat
ia jera Peli.
Peli pun
berinisiatif mengguncangkan kepalanya dengan cepat ke kanan dan ke kiri. Sampai
tak terlihat kemana arah kepalanya. Laki-laki yang ada di dalamnya tentunya
merasa pusing.
55.Tirman
Bagus
Peli, buat ia jera. Guncang terus agar ia tak mencoba menusuk mulutmu lagi.
Pada saat itu,
seorang wanita yang tidak lain adalah isteri H. Marta yaitu Hj.Jaenab keluar
dari rumah sambil berteriak-teriak.
56.Hj.Jaenab
Perhiasan ku! Barang berhargaku! Seseorang mencuri
semuanya! Kamarku berantakan! Laci berhamburan dari lemari! Dimana perhiasanku?
Kembalikan, kembalikan padaku!
57.H.Marta
Tenangkan dirimu wahai isteriku. Anak ini sudah
menangkap pencuri yang mengambil perhiasanmu. Pencuri itu sedang ada di dalam
mulutnya.
58.Hj. Jaenab
Bila ia ada disana, kenapa tidak kau keluarkan dia?
Agar ia bisa mengembalikan perhiasanku. Buka mulutmu, nak!
59.H.Marta
Jangan!
Jangan! Dia memiliki senjata tajam. Ia dapat melukai salah satu atau kita
semua.
Polisi akhirnya
datang, tidak kurang dari empat mobil polisi menghampiri mereka dengan bunyi
sirine yang amat berisik. Enam polisi mengepung mereka. Dan Peli perlahan
membuka mulutnya. Polisi terkejut setelah melihat laki-laki yang berada di
dalam mulut Peli.
60.H.Marta
Penjahat itu ada didalam mulutnya. Bersiaplah
memborgolnya. Nak, bukalah mulutmu.
61.Polisi
Waaaaahh kerja yang bagus! Ini adalah Mat Olek. Ia
adalah penjahat kelas kakap. Sudah lama kami bagian kepolisian krimitalitas
mencoba menangkapnya. Tetapi ia terlalu cerdik dan licin bagai belut sawah.
62.Hj.Jenab
Lalu bagaimana dengan perhiasan
saya?
63.Polisi
Ini Bu perhiasannya.
i.Halaman H.Marta – Sore – H4
Setalah
seluruh urusan selesai dengan polisi mereka berkumpul dan berdiskusi tentang
mulut Peli yang tertusuk pencuri tadi. Dan ada hal lain yang ingin disampaikan
H.Marta
64.Momon
Lihat, senjata tajam pencuri itu
melubangi bagian pipi Peli.
65.Peli
Habislah sudah, mulutku sudah tak
berguna lagi untuk menampung air.
66.H.Marta
Tenang, aku akan membawamu ke
dokter untuk menjahit lukamu. Dan lukamu akan sembuh walau akan memakan waktu
yang lama. Sekarang kita harus membicarakan hal yang lebih penting daripada
luka di pipimu. Dengarkan aku, perhiasan isteriku sangat bernilai tinggi. Dan
kalian menyelamatkannya. Tak ada imbalan apapun yang dapat menggantikan jasa
kalian. Maka aku menawarkan, aku undang Momon, Jeje serta Peli tinggal di
kediaman ku. Aku akan melayani kalian agar kalian nyaman disini. Sebagai
gantinya, kalian cukup membersihkan jendelaku.
67.Jeje
Anda sangat baik tuan. Tetapi
mungkin anda akan mengalami kesulitan bila mengundang saya juga. Saya tidak
ingin terdengar tak berterima kasih atau terlalu memaksa, tapi ada satu masalah
tuan. Kami kelaparan, kami belum makan berhari-hari.
68.H.Marta
Jangan khawatir, sebelumnya aku sudah
menyelidiki tentang kalian. Kau suka makan brokoli, bukan? Dan Momon suka makan
dging ayam sedangkan Peli suka makan ikan, bukan? Disini semua itu tersedia.
Wajah
Momon, Jeje serta Peli mengeluarkan senyum sumringah. Momon terlalu senang
sampai ia melompat kesana kemari. Diikuti Jeje dan Peli. Ketiga saudara itu menari
dan bernyanyi bersama. Berputar-putar sambil bergandeng tangan.
Tirman
dan H.Marta berdiri berdampingan melihat ketiga bersaudara itu kegirangan. Dan
H.Marta mulai berbicara dengan Tirman. Tirman gugup sampai berkeringat.
69.H.Marta
Nahhh, bagaimana denganmu
nak?Apakah kamu memiliki keinginan khusus untuk dirimu sendiri? Jika ada, mari
katakan. Aku akan menyimak dengan baik.
70.Tirman
Ya, tuan. Saya memiliki keinginan
kecil. Ada bangunan tua bernama GulaGula. Dulunya bangunan tua itu adalah toko
permen. Saya sangat berharap bisa menjadikannya toko permen yang mengasyikan
seperti dulu
71.H.Marta
Sungguh
mulia keinginanmu nak. Kau dan aku akan menjadikannya toko permen yang
mengasyikan seperti dulu. Aku akan membeli bangunan itu. Dan mendirikan
GulaGula serta menjadikanmu pemiliknya.
j.Toko permen GulaGula – Sore – H5
Semuanya terjadi
dengan cepat. Para pekerja bangunan serta tukang kayu berdatangan dan
merenovasi bangunan GulaGula sesuai dengan permintaan Tirman. Bangunan GulaGula
terdiri dari tiga lantai dan setiap lantai dipasang barisan rak tinggi dan juga
terdapat tangga untuk menolong anak-anak yang tak sampai meraih rak
tertinggi.Rak pun mulai terisi dengan segala macam permen terenak di seluruh
dunia. Terlihat di depan toko Tirman memandu para pekerja.
72.Tirman
Baiklah
terimakasih atas bantuannya. Aku akan membuka dan meresmikan toko permen
GulaGula ini esok hari. Dan ku harap semua berjalan lancar.
Para pekerja
meninggalkan Tirman setelah saling bersalaman.
k.Toko permen GulaGula – Pagi – H6
Sinetron diakhiri
di depan toko permen GulaGula dengan dekorasi yang benar-benar menakjubkan.
Tirman memgang gunting siap memotong pita sebagai simbolisasi bahwa resmilah
toko permen GulaGula dibuka. Disana juga datang Momon, Jeje, Peli, H.Marta
serta Hj.Jenab. Polisi yang dulu yang ia temui di rumah H.Marta pun turut
datang. Anak-anak merhamburan masuk kedalam toko permen GulaGula. Terlihat
keadaan yang mengasyikan persis seperti yang selama ini Tirman bayangkan.
73.Tirman
Inilah yang ku maksud surganya para anak-anak.
74.H. Marta
Kau akan sukses menjalani toko permen GulaGula ini
nak.
75.Momon
Tujuan mu mulia, kamu ingin melihat anak-anak yang
lain bahagia.
76.Jeje
Tirman, kami harus pergi. Dan kami harus
membersihkan 100 jendela sebelum sore.
77.Peli
Kami akan merindukanmu, tetapi kamu akan mengunjungi
kami kan? Dan kamipun sebaliknya.
78.Tirman
Ya, tentu saja. Aku harus kembali melayani para
pelangganku di toko.
79.Hj.Jaenab
Jaga dirimu baik-baik nak.
Hj.Jaenab
membelai kepala Tirman. Momon, Jeje, Peli, H.Marta serta Hj.Jaenab berbalik
untuk kembali pulang. Setelah lumayan jauh sampai Tirman serta toko Permen
GulaGulanya tak terlihat. Tiba-tiba Tirman memanggil mereka sambil berlari. Dan
memberi mereka masing-masing satu permen, tersenyum dan berkata,
80.Tirman
Ini adalah permen andalan di tokoku.
Namanya Permen Jahe.